BAB I
Sejarah dan Profil Perusahaan
Coca-Cola merupakan minuman
berkarbonasi yang diproduksi oleh sebuah perusahaan yang berasal dari Atlanta,
Georgia, yaitu The Coca-Cola Company, disebut juga Coke (sebuah merk dagang The
Coca-Cola Company di Amerika Serikat sejak 27 Maret 1994). Minuman
ringan Coca-Cola ini diciptakan oleh Dr. John S. Pemberton, seorang ahli
farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, pada bulan Mei
1886. Dia banyak mengembangkan obat-obatan paten yang diyakini khasiatnya oleh
masyarakat.
Awal
mulanya, Pemberton berhasil menciptakan dan menjual minuman yang mengandung alkohol
yang dikenal dengan nama French Wine Coca di kota Atlanta. Bisnis ini sangat
lancar menghasilkan banyak uang dan sukses di pasaran. Namun, bisnis minuman
yang memberikan banyak penghasilan itu tidak berjalan secara mulus. Sejak
Atlanta mengharamkan penggunaan alkohol pada tahun 1885, Pemberton terpaksa
menukar formula French Wine Coca dengan membuang kata French Wine. Sejak
diharamkan, kokain tidak lagi menjadi kandungan utama minuman tersebut,
melainkan diganti dengan kafein, gula, asam sitrat, dan minyak pati
buah-buahan. Formula minuman tersebut masih menjadi rahasia yang tersimpan
rapi. Bersama dengan rekan sejawatnya yang mengurus keuangan, Frank Robinson,
Pemberton membuat minuman segar yang bisa dinikmati banyak orang. Dia meracik
minuman French Wine dengan menambahkan gula, asam sitrat, dan minyak pati
buah-buahan ke dalam minuman. Akhirnya, terciptalah minuman Coca-Cola yang kini
populer sebagai minuman soda berkarbonat dalam masa yang singkat. Untuk bahan
utamanya, Pemberton harus mencari dan mengumpulkan biji cola dari tumbuhan asli
daerah tropis Afrika Barat dan daun coca yang pohonnya berasal dari Amerika
Selatan. Proses pengeringan biji cola dan daun coca dilakukan secara manual.
Usaha Pemberton membuat minuman segar berhasil. Ramuannya terwujud seperti yang
diharapkannya. Kemudian, Robinson mengusulkan nama Coca-Cola untuk ramuan
tersebut yang segera diterima oleh Pemberton. Formula Coca Cola kemudian oleh
Pemberton diberi nama “Merchandise 7X” atau disingkat M7X dan sangat
dirahasiakan. Dalam memasarkan produk minuman ini, Pemberton dan Robinson harus
berjuang keras. Mereka menjualnya dalam guci dan dibawa berkeliling ke kota
menggunakan gerobak kuda. Bahkan, mereka harus menjual secara gratis untuk
mengenalkan Coca-Cola. Meskipun mendapatkan sambutan baik dari masyarakat,
namun penghasilan tidak meningkat. Dalam tahun pertama, penjualan Coca-Cola
laku sekitar $50. Hal tersebut tidak seimbang dengan pengeluaran yang dikeluarkannya,
yaitu $70, yang berarti Pemberton mengalami kerugian. Sementara itu, Pemberton
bertekad ramuannya ini harus dapat tersebar luas dan dapat dinikmati oleh semua
orang di seluruh dunia. Setelah satu tahun memperjuangkan ciptaannya, Pemberton
baru menyadari bahwa ia hanyalah seorang penemu. Kemudian, dia berpikir untuk
menjual ramuan ini pada orang yang tepat yang dapat mengembangkannya sesuai
impiannya. Dia mendatangi Asa G. Candler, seorang anak pedagang terkenal dari
Atlanta, yang dikenalnya secara baik. Ia menjual hak paten pembuatan minuman
Coca-Cola dengan harga $2.300. Setelah mendapatkan ramuan itu, Candler mencoba
mengolah hasil temuan Pemberton. Setelah berhasil, Candler menyimpannya pada
wadah yang menarik agar dapat mengundang pembeli, yaitu guci berlogo Coca-Cola.
Tak hanya itu, Candler juga memasang spanduk bertuliskan “Menjual Minuman
Coca-Cola” di depan toko obat dr. Joseph Pharmacy (tahun 1889). Hanya dalam
hitungan jam minuman tersebut laku terjual. Pada tahun itulah, pertama kalinya
Candler menjual Coca-Cola. Tahun 1892, Candler memutuskan untuk membentuk The
Coca Cola Company bersama relasinya di Georgia, Atlanta. Setahun kemudian, pada
tahun 1893 Candler mematenkan Coca-Cola sebagai merek dagang. Coca-Cola
sesungguhnya bukan minuman ringan pertama di Amerika, tetapi ketika sudah
mendapat paten Coca-Cola menjadi minuman utama yang dijual di Soda Fountain,
toko minuman ringan, es krim, dan sebagainya. Dr. John S. Pemberton meninggal
tahun 1888, pada usia 58 tahun, tidak lama setelah menjual ramuannya. Kini,
hasil temuannya masih dinikmati oleh masyarakat di dunia. Coca Cola sekarang
menjadi satu lambang budaya Amerika Serikat.
Desain Botol Coca-Cola dari
Berbagai Tahun
The
Coca-Cola Company merupakan induk dari semua perusahaan pembotolan yang
memiliki merek dagang Coca-Cola di seluruh Negara di dunia dengan menyediakan
bahan baku konsetratnya. Mulai tahun 1893, The Coca-Cola Company membangun
pabriknya di luar Atlanta. Presiden The Coca-Cola Company (1919-1955), Robert
W. Wouldruff, merupakan orang yang pertama kali mencetuskan gagasan agar
minuman Coca-Cola tersebut dapat dinikmati tidak hanya oleh orang Amerika saja,
tetapi juga untuk dikonsumsi oleh seluruh bangsa di dunia. Untuk merealisasikan
gagasan tersebut, maka pada tahun 1929 didirikan The Coca-Cola Corporation,
yaitu perusahaan yang menangani proses penjualan minuman ke seluruh pelosok
negeri di dunia dengan ciri, mutu, rasa dan kesegaran yang sama.
BAB II
Visi dan Misi Perusahaan
Pengertian Visi dan Misi
Visi
adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan - tujuan perusahaan dan
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan
datang. Visi itu tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail
gambaran sistem yang ditujunya, dikarenakan
perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang
tersebut.
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga
dalam usahanya mewujudkan Visi. Misi perusahaan adalah tujuan dan alasan mengapa
perusahaan itu ada. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses
pencapaian tujuan.
Visi The Coca Cola Company
Visi
The Coca-Cola Company adalah sebagai kerangka kerja roadmap perusahaan dan
memandu setiap aspek bisnis perusahaan dengan cara menjelaskan apa yang
dibutuhkan perusahaan untuk mencapai pertumbuhan yang berkualitas dan
berkelanjutan.
a. People:
Membawa inspirasi dalam kehidupan masyarakat saat bekerja di Coca-Cola.
b. Partners:
Menciptakan jaringan pemasok dan pelanggan.
c. Portofolio:
Bawa portofolio kualitas ke dalam dunia.
d. Produktivitas:
Membuat Coca-Cola perusahaan yang efektif.
e. Profit:
Membuat keuntungan sementara penuh perhatian dari tanggung jawab.
f. Planet:
Menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan mendukung masyarakat yang
berkelanjutan.
Misi The Coca-Cola Company
Dalam
pernyataan misi dari Coca-Cola tujuannya sebagai sebuah perusahaan adalah untuk
melayani dalam hal standar. Hal ini juga memperhitungkan baik tentang
masing-masing dan setiap tindakan dan keputusan yang dibuat oleh Coca-Cola.
Tujuan dari misi ini adalah untuk membuat refresh dunia, menginspirasi orang,
membawa kebahagiaan, dan untuk membuat perbedaan dengan nilai produknya.
BAB III
Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis
lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui ancaman dan peluang. Ancaman
adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha
perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang adalah kondisi
dalam lingkungan umum yang dapat membantu perusahaan mencapai daya saing
strategis. Proses yang dilakukan secara kontinyu untuk melakukan analisis
lingkungan eksternal adalah dengan melakukan pemindaian (scanning), pengawasan (monitoring),
peramalan (forecasting), dan
penilaian (assessing).
Analisis Lingkungan Eksternal Pada The
Coca Cola Company
1.
Analisis Lingkungan Umum
Lingkungan umum adalah suatu
lingkungan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor
yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya
berada di luar dan terlepas dari operasi perusahaan. Lingkungan ini hanya
memiliki sedikit dampak implikasi langsung bagi pengaturan suatu organisasi.
Namun tetap mampu mempengaruhi kebijakan strategi dari organisasi perusahaan.
a.
Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi ini meliputi
pertumbuhan ekonomi suatu negara dan hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi
secara makro seperti inflasi, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Namun pada
kenyataannya faktor ini akan berkembang dan berimbas kepada ekonomi mikro yang
lebih spesifik. Melihat uraian tersebut, maka faktor ekonomi suatu negara
secara global juga akan mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam menentukan arah
dan langkah perusahaan.
Coca-Cola lebih dari tiga perempat
dari keuntungan dan 71% pertumbuhannya diperoleh di luar Amerika Serikat.
Namun, krisis global berdampak pada penurunan kinerja, penjualan dan keuntungan
Coke di luar negeri. Di Brazil dan Jepang, dua dari pasar Coke terbesar luar
negeri, rata-rata konsumen hampir tidak memiliki daya beli, karena rendahnya
pertumbuhan ekonomi pada tahun 1998. Di Rusia, di mana Coke telah
menginvestasikan lebih dari $700 juta selama delapan tahun, runtuhnya
perekonomian mengakibatkan kapasitas operasi Coke anjlok sebesar 50%. Krisis
global sangat mempengaruhi penjualan coca-cola di Asia, Rusia dan Amerika Latin
karena penurunan daya beli. Di Brazil, yang merupakan pasar terbesar ketiga,
Coke telah kehilangan lebih dari sepersepuluh dari 54% pangsa pasarnya karena
beralih ke minuman lokal dengan harga lebih murah.
b.
Faktor Sosial dan Politik
Perkembangan strata sosial
kemasyarakatan disuatu daerah akan mempengaruhi organisasi perusahaan.
Perkembangan politik negara yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi merupakan faktor yang tidak dapat dipandang sebelah mata.
Organisasi perusahaan akan cenderung mengikuti perkembangan sosial politik yang
terjadi guna antisipasi terhadap berlangsungnya stabilitas dan kebijakan di
dalam organisasi perusahaan.
Faktor politik yang terjadi di
Amerika dan di negara-negara lainnya berpengaruh pada perkembangan Coca-Cola.
Sebagai contoh, ketika Amerika menginvasi Irak, tumbuh budaya anti Amerika di
negara-negara muslim atau yang bersimpati dengan Irak. Kondisi ini mengakibatkan
penjualan Coca Cola sempat terganggu.
c.
Faktor Peraturan dan Undang-undang (Faktor Hukum)
Kepastian hukum di dalam suatu
negara merupakan momen yang sangat mempengaruhi pelaku pasar. Kebijakan negara
yang dituangkan dalam Peraturan Perundang-Undangan secara tidak langsung akan
menentukan arah strategi perusahaan. Kepastian hukum merupakan faktor yang
tidak bisa ditawar dan pasti akan sangat mempengaruhi sebuah perusahaan.
Coca-Cola juga sempat terhalang
oleh kebijakan pemerintah India yang melarang penjualan produk Coca-Cola di
negaranya karena pada tahun 2004, petani di india melakukan protes terhadap
pabrik Coke Bottling di India yang menyebabkan air sumur kering.
d.
Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga akan memberikan perubahan terhadap kebijakan perusahaan.
Efisiensi pada saat melakukan produksi dan distribusi juga sangat dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin berkembangannya hal
ini maka secara tidak langsung akan menuntut manajemen perusahaan untuk memilih
yang terbaik bagi kepentingan perusahaan.
Isu lingkungan yang sempat
menyeruak di beberapa negara bahwa produk Coca-Cola menggunakan air terlalu
berlebihan, karena dibutuhkan 2 liter air untuk memproduksi 1 liter Coca Cola.
Mengenai issue kesehatan, pernah terjadi pemboikotan di kalangan masyarakat
terkait dengan kandungan zat yang ada di minuman tersebut juga berpengaruh
terhadap kinerja pemasaran Coca Cola.
e.
Faktor Demografi
Faktor tempat dan situasi alam
juga tentunya tidak bisa dipisahkan. Kondisi alam dan tata letak perusahaan
yang berkaitan dengan alam akan membutuhkan kebijakan yang harus sesuai guna
menanggulangi ancaman yang berasal dari lingkungan dan alam
Pembeli (konsumen) dari produk
Coca-Cola mencakup segala usia dari anak kecil, remaja, dan orang dewasa di
seluruh dunia, sehingga dapat dikatakan produk coca-cola company relatif aman
terhadap issue demografi. Beberapa negara di Amerika memiliki struktur
demografi yang didominasi usia dewasa dan tua, sedangkan beberapa negara di
Asia Tenggara mayoritas adalah usia anak-anak dan remaja.
2.
Analisis Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah
serangkaian faktor-faktor yang merupakan ancaman dari pelaku bisnis baru,
supplier, pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan di antara para
pesaing yang secara langsung mempengaruhi perusahaan. Secara singkat, dapat
disimpulkan bahwa lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan
eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki
dampak yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional
perusahaan.
a.
Pendatang Baru (New
Comers)
Jika hambatan untuk masuk pasar
tinggi, akan sangat mudah bagi perusahaan untuk menjaga keuntungan monopoli.
Hambatan utama biasanya adalah aturan legal dan paten, skala ekonomi, kebutuhan
capital yang tinggi untuk masuk pasar, merek yang kuat, ancaman balas dendam,
dan akses ke saluran distribusi.
Ancaman masuknya pendatang baru
pada minuman Coca-Cola antara lain Mizone, Pocari Sweet, dan lain sebagainya.
The Coca-Cola Company harus meyakinkan kepada pelanggan melalui brand bahwa
produk Coca-Cola merupakan minuman bersoda nomor satu di dunia.
b.
Pesaing (Competitors)
Jika competitor lebih agresif
dalam meningkatkan penjualan, keuntungan dan harga akan berkurang. Intensitas
kompetisi yang terjadi di pasar memiliki karakteristik, yaitu kelebihan
kapasitas produksi, produk dan jasa yang distandardisasi, banyaknya kompetitor,
dan pertumbuhan pasar yang rendah.
Pesaing utama dari Coca-Cola
adalah perusahaan PepsiCo. PepsiCo merupakan pesaing yang sangat sengit di
dalam dua pertumbuhan tercepat dalam kategori industri minuman. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1965. PepsiCo memperoleh 60 persen pendapatannya dari snack division. PepsiCo di peringkat 19
di antara perusahaan yang paling dikagumi di Amerika. PepsiCo terdiri dari
sekitar 168.000 karyawan dan pada tahun 2006 memiliki pendapatan lebih dari $35
billion. PepsiCo mendirikan bisnisnya di Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa,
the Middle East, Africa dan Asia Pasifik. Volume minuman PepsiCo naik sebesar 7
persen di timur tengah, Argentina, China dan Brazil pada tahun 2006. Meksiko
dan Rusia adalah dua pasar kontribusi yang kuat untuk PepsiCo. Schweppes
Cadbury adalah perusahaan penjualan gula terbesar sedunia.Mempekerjakan sekitar
60.000 asosiasi. Perusahaan ini adalah pemenang Britain’s most admired award
company pada tahun 2004.
Pepsi-Cola Company yang berdiri
sejak 1898, sudah melakukan ekspansi bisnis ke beberapa produk makanan. Merger
dengan Frito-Lay pada 1965 menandai lahirnya nama PepsiCo, sebagai payung
perusahaan. Kemudian PepsiCo mengakuisisi Tropicana pada 1998, dan 2001
melakukan merger dengan The Quaker Oats Company, termasuk Gatorade. Hingga
sekarang, PepsiCo sudah mempunyai lima merek besar – yaitu Frito-Lay,
Pepsi-Cola, Quaker, Gatorade, dan Tropicana. Merek-merek ini membawahi
produk-produk PepsiCo yang variatif, sesuai kebutuhan dan pilihan konsumen,
dari produk yang fun hingga produk ala hidup sehat. Mekanisme pemasaran produk
PepsiCo dilakukan melalui empat departemennya, yaitu Frito-Lay North America,
PepsiCo Beverages North America (PBNA), PepsiCo International, dan Quaker Foods
North Amerika.
Pesaing tentu berpengaruh
terhadap perkembangan perusahaan. Bila disikapi secara positif, keberadaan
pesaing dapat menjadi sparing partner, dan dapat dijadikan sebagai branchmark
bagi perusahaan. Perusahaan akan belajar dari setiap kesalahan, dan terus
berupaya untuk memperbaiki diri, agar dapat memenangkan persaingan. Dengan
demikian, perusahaan akan semakin bertambah maju dan kuat.
c.
Produk Substitusi
Produk substitusi merupakan
competitor tidak langsung yang dapat menurunkan permintaan dan harga. Ada
beberapa tipe substitusi, yaitu produk alternatif, produk baru, eliminasi
kebutuhan, substitusi generic, dan keingingan untuk tidak membeli.
Tekanan dari produk pengganti
(subsitusi), seperti: Pepsi, RC Cola, 7Up dan lain-lain. Oleh karenanya
strategi yang dapat diterapkan antara lain: berupa penerapan harga yang
terjangkau serta kualitas produk (maintain
or even better). Selain itu, inovasi produk tetap difokuskan pada
produk-produk minuman berkarbonasi agar Coca-Cola tidak kehilangan identitasnya
market leader produk minuman berkarbonasi.
d.
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Buyers)
Kemmapuan pembeli dalam
mengurangi harga juga memiliki efek yang sangat besar terhadap kemampuan
industri secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan. Tekanan pembelian
merefleksikan dua hal, yaitu sensitivitas harga dan kekuatan negosiasi
konsumen. Kekuatan negosiasi konsumen akan semakin tinggi jika hanya ada
sedikit konsumen, banyak supplier, sedikit diferensiasi, dan rendahnya
switching cost.
Wilayah operasi dan penjualan produk
The Coca-Cola Company mencakup:
·
Afrika
·
Asia
Tenggara, Asia Timur, dan Asia Pasifik
Kesuksesan pada tahun
2006 berasal dari Coca-Cola Zero pada penjualan di Australia dan Thailand.
·
Uni
Eropa
Mengalami peningkatan
pertumbuhan senilai 6% dari tahun 2005 ke tahun 2006. Faktor-faktor
keberhasilan wilayah ini diraih dari kombinasi dari produk-produk baru,
pengemasan yang inovatif, dan kolaborasi dengan para konsumen.
·
Amerika
Latin
Tiga pasar terbesar
Coke diantaranya ialah United States, Mexico, dan Brazil. Portofolio minuman
mendapatkan poin 7% pada tahun 2006 dimana perusahaan melihat pada pengembangan
garis produk. Fokus Coke di Amerika Latin ialah pada penambahan air, jus, dan
minuman olahraga.
·
Amerika
Utara
Perusahaan telah
mencapai keberhasilan dalam pengimplementasian produk “MyCoke Rewards” yang melibatkan sekitar 3,5 juta subjek yang
berpastisipasi, dimana lebih baik dari 1,5 juta penghargaan yang dinyatakan.
Coke menerapkan uji pemasaran kopi/teh dimana Coke menyalurkan via teknologi “Far Coast Brand” dimana merupakan konsep
toko yang pertama kali dibuka di Toronto, Kanada pada tahun 2006.
·
Asia
Utara, Eurasia, dan Timur Tengah
Coke adalah penjual
terbaik minuman non-alkohol di Rusia dengan 22% pertumbuhan volum kasus pada
tahun 2006. Memberikan pelayanan yang prima untuk mempertahankan pelanggan
serta menarik pelanggan baru merupakan salah satu cara yang harus dilakukan
oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan promosi dengan
memberikan hadiah untuk pembelian produk tertentu (pada nilai penjualan
tertentu) atau dapat dilakukan dengan mengadakan event yang menarik.
e.
Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok (Supplier)
Penyuplai dapat membatasi
keuntungan pasar jika mereka dapat mengendalikan biaya input lebih cepat
daripada pelanggan pasar. Kekuatan penyuplai akan lebih tinggi jika hanya ada
sedikit penyuplai, memiliki produk yang unik dan merek yang kuat, biaya
switching tinggi, penyuplai dapat mengancam integrasi dan banyaknya konsumen
dalam skala kecil dengan kekuatan negosiasi yang lemah.
Setiap proses produksi sebuah
perusahaan memerlukan sebuah input yang berupa bahan baku, atau bahkan tenaga
kerja yang disalurkan oleh para suppliers. Oleh karena itu perusahaan harus
selalu menjaga hubungan yang baik dengan para suppliers, salah satunya dengan
cara pembayaran tepat waktu agar bahan baku dapat terpenuhi.
Salah satu cara perusahaan
meminimalisasi posisi tawar supplier adalah dengan melakukan “bottling investment” pada suatu wilayah
penjualan yang menunjukkan kinerja yang baik pada tahun terakhir. Sebagai
contoh, Coca-Cola telah memfokuskan pada desain “road to market” dan optimisasi pada infrastruktur operasi bottling
di India.
Menurut Porter, jika perusahaan
ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang ketat perusahaan harus
memilih prinsip bisnis, harga yang tinggi atau produk dengan biaya yang rendah,
dan bukan kedua-duanya. Berdasarkan prinsip tersebut, maka Porter menyatakan ada
tiga Strategi Generik, yaitu Differentiation,
Overall Cost Leadership dan Fokus. Menurut Porter, strategi perusahaan
untuk bersaing dalam suatu industri dapat berbeda-beda dan dalam berbagai
dimensi, Porter mengemukakan tiga belas dimensi yang biasanya digunakan oleh perusahaan
dalam bersaing, yaitu spesialisasi, identifikasi merek, dorongan vs tarikan,
seleksi saluran, mutu produk, kepeloporan teknologis, integrasi vertikal,
posisi biaya, layanan, kebijakan harga, leverage, hubungan dengan perusahaan
induk, hubungan dengan pemerintah.
3. Analisis Lingkungan Operasional
Lingkungan
operasional meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi situasi persaingan
perusahaan, yaitu posisi bersaing, profil pelanggan, pemasok, kreditor, dan
pasar tenaga kerja.
a.
Peningkatan biaya per unit akibat
keterbatasan bahan baku. Air merupakan bahan utama dalam industri minuman
ringan. Keterbatasan air di beberapa bagian dunia menyebabkan system pemurnian
air harus dilakukan sehingga menyebabkan biaya produksi yang dibebankan akan
lebih tinggi.
b.
Bahan pendukung utama Coca-cola
mudah diganti dengan bahan lain yang mudah didapat. Bahan utama Coca-Cola
adalah sirup jagung berkadar fruktosa tinggi, sejenis gula, untuk di Amerika
Serikat dapat dipasok oleh sebagian besar sumber domistik. Untuk di luar
Amerika Serikat dapat diganti sukrosa. Bahan lain adalah aspartam, bahan
pemanis yang digunakan dalam produk minuman ringan rendah kalori diperoleh dari
The Nutra Sweet Company.
EXTERNAL
FACTOR EVALUATION
|
||||
Faktor Kunci Sukses
|
Bobot
|
Skala
|
Nilai
|
|
Opportunity (Peluang)
|
|
|
|
|
1
|
Semakin meningkatnya pendapatan disposabel,
penjualan akan meningkat.
|
0,15
|
4
|
0,6
|
2
|
Konsumsi minuman ringan berbanding terbalik dengan
usia seseorang.
|
0,1
|
3
|
0,3
|
4
|
Industri minuman ringan memiliki potensi yang amat
besar untuk dikembangkan.
|
0,125
|
3
|
0,375
|
5
|
Minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai
tempat.
|
0,15
|
4
|
0,6
|
6
|
Bahan pendukung utama Coca Cola mudah diganti dengan
bahan lain yang mudah didapat.
|
0,15
|
3
|
0,45
|
Threat (Ancaman)
|
|
|
|
|
1
|
Coca Cola dapat pesaing yang kuat yaitu Pepsi dan
Cadburry.
|
0,15
|
4
|
0,6
|
2
|
Ada banyak minuman substitusi dari minuman ringan
yang populer.
|
0,075
|
3
|
0,225
|
3
|
Peningkatan biaya per unit akibat keterbatasan bahan
baku.
|
0,1
|
3
|
0,3
|
Jumlah
|
1
|
|
3,45
|
Berdasarkan analisis tabel EFE
diketahui bahwa perusahaan dinilai baik secara eksternal, karena lebih banyak
peluang yang dimiliki dibandingkan dengan ancaman yang ada.
BAB IV
Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan
internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam perusahaan atau
organisasi tersebut dan secara formal memiliki implikasi yang langsung dan
khusus pada perusahaan atau organisasi.
1. Sumber
daya
Tiga
sumber daya dasar, yaitu: aset yang terlihat, aset tak terlihat, dan
kapabilitas organisasi. Karakteristik sumber daya yang berharga: menambah nilai
(value), langka (rare), sukar ditiru (hard to imitate), dan kemampuan dalam memanfaatkan
(ability to exploit).
2. Kapabilitas
Kapabilitas
dapat diartikan sebagai kapasitas perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang
diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kapabilitas
‘memampukan’ perusahaan untuk menciptakan dan mengeksploitasi peluang-peluang
eksternal serta mengembangkan keunggulan yang berdaya tahan. Kapabilitas inti
dapat didefinisikan juga sebagai faktor penentu keberhasilan jangka panjang,
atau sebagai rantai nilai, termasuk primer dan mendukung kegiatan yang
menciptakan nilai pelanggan.
3. Kompetensi
Inti
Kompetensi
inti adalah suatu kumpulan yang terintegrasi dari serangkaian keahlian dan
teknologi yang merupakan akumulasi pembelajaran, yang memberikan manfaat bagi
keberhasilan bersaing suatu bisnis (Prahalad dan Hamel, 1990). Markides dan
Williamson (1994) mendefinisikan kompetensi inti sebagai kolam pengalaman (pool
of experience), pengetahuan, dan sistem yang dapat bertindak bersama-sama
sebagai katalis untuk menciptakan dan mengumpulkan aset strategis baru.
Sementara itu, Teece et al. (1997) menyimpulkan bahwa kompetensi inti harus
berasal dari memeriksa produk dan jasa berbagai perusahaan (dan pesaingnya).
Nilai kompetensi inti dapat ditingkatkan dengan menggabungkan produk dan jasa
dengan aset komplementer yang sesuai. Pada bagian lain, Shieh dan Wang (2007)
berpendapat bahwa kompetensi inti merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan
lebih berhasil dari para pesaingnya dan yang dibutuhkan oleh pasar. Secara
khusus, kompetensi dari suatu perusahaan adalah kombinasi sumber daya yang
unggul dalam persaingan di seluruh strategi korporasi.
INTERNAL FACTOR EVALUATION (IFE)
|
||||
Faktor
Kunci Sukses
|
Bobot
|
Skala
|
Nilai
|
|
Strenght
(Kekuatan)
|
|
|
|
|
1
|
Brand image yang sudah dikenal masyarakat luas.
|
0,15
|
4
|
0,6
|
2
|
Ramuan rahasia yang tidak dimiliki produk lain.
|
0,125
|
4
|
0,5
|
3
|
Memiliki sumberdaya yang besar dan terlatih.
|
0,055
|
3
|
0,165
|
4
|
Pelayanan terhadap konsumen dan pelanggan.
|
0,035
|
2
|
0,07
|
5
|
Memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
|
0,025
|
3
|
0,075
|
6
|
Perkembangan inovasi secara terus-menerus.
|
0,125
|
3
|
0,375
|
7
|
Strategi pemasaran yang baik.
|
0,045
|
4
|
0,18
|
8
|
Sistem informasi yang memadai.
|
0,055
|
3
|
0,165
|
9
|
Kemasan
produk yang menarik dan harga yang kompetitif.
|
0,025
|
3
|
0,075
|
Weakness
(Kelemahan)
|
|
|
|
|
1
|
The Coca Cola Company tidak memiliki produk organik.
|
0,125
|
4
|
0,5
|
2
|
Sebagian perusahaan beverage lainnya mempunyai
kontrak ekslusif seperti dengan Pepsi Company.
|
0,035
|
3
|
0,105
|
3
|
Soft drink tidak baik bagi kesehatan.
|
0,12
|
4
|
0,48
|
4
|
Ketersediaan bahan baku.
|
0,025
|
3
|
0,075
|
5
|
Kebijakan pemerintah.
|
0,055
|
3
|
0,165
|
Jumlah
|
1
|
|
3,53
|
Berdasarkan
analisis tabel IFE diketahui bahwa perusahaan dinilai baik secara internal
karena mempunyai lebih banyak keunggulan dibandingkan kelemahannya.
BAB V
Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strenght, Weakness, Opportunity, Threat (Kekuatan Kelemahan Peluang
Ancaman). Analisis SWOT adalah teknik yang
banyak digunakan dalam berbagai manajemen umum dan skenario pemasaran. SWOT dilakukan dengan menganalisa kegiatan organisasi dimulai
dari kekuatan dan kelemahan dan kemudian menggunakan ini dan data penelitian
eksternal untuk menetapkan peluang dan ancaman yang ada.
1.
Kekuatan
(Strength)
Kekuatan (Strength)
yang dimiliki oleh Coca-Cola
Company meliputi Brand Image dan Brand
Loyality yang sudah melekat kuat di masyarakat dan terbukti hingga
saat ini masih
menjadi pemimpin di pasar atau market leader. Formula rahasia produknya juga tidak mudah ditiru oleh para pesaing yang menjadikan produk ini tetap memiliki keunikan tersendiri. Selain itu sistem distribusinya yang telah merambah hampir keseluruh dunia tidak akan mudah untuk dikejar oleh competitor. Produk-produk baru yang terus menerus diluncurkan serta promosi yang gencar semakin memperkokoh posisi The Coca Cola Company pada pasar minuman ringan, antara lain:
menjadi pemimpin di pasar atau market leader. Formula rahasia produknya juga tidak mudah ditiru oleh para pesaing yang menjadikan produk ini tetap memiliki keunikan tersendiri. Selain itu sistem distribusinya yang telah merambah hampir keseluruh dunia tidak akan mudah untuk dikejar oleh competitor. Produk-produk baru yang terus menerus diluncurkan serta promosi yang gencar semakin memperkokoh posisi The Coca Cola Company pada pasar minuman ringan, antara lain:
- Menguasai pangsa pasar dunia.
- Beroperasi hingga lebih dari 200 negara.
- Memproduksi 400 merk yang terdiri lebih dari 2600 produk minuman.
- Bermarkas di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
- Perusahaan minuman terbesar sedunia.
- Sebagai inovator dalam industri soft drink.
- Melakukan bottling investment dengan beberapa investee.
- Mempunyai struktur organisasi yang sangat baik.
- Memiliki kepopuleran merk yang tinggi dan dikenal oleh masyarakat sedunia.
- Memiliki divisi di beberapa Negara.
2.
Kelemahan
(Weakness)
Kelemahan untuk setiap
bisnis harus baik diminimalkan dan dipantau agar dapat secara efektif mencapai
produktivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha mereka. Isu kesehatan mungkin salah satu permasalahan utama
yang dihadapi oleh produk Coca-Cola.
Masalah kandungan kalori berlebih yang diantisipasi dengan cara meluncurkan
produk sugar free ternyata juga masih mendapat hambatan dari adanya isu
kesehatan mengenai pemanis buatan yang digunakan sebagai pengganti. Selain itu
produk ini juga belum mulai
beralih ke produk ramah lingkungan, sementara mulai banyak minuman ringan yang
memakai isu keseahatan dan lingkungan dalam kampanye produk mereka.
3.
Peluang
(Opportunity)
Pertumbuhan
sebesar 7,5% yang terjadi pada pasar minuman ringan non soda dan 8,5% pada air mineral kemasan
merupakan peluang yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh Coca-Cola. Hal
ini sudah dilakukan dengan produknya yaitu Air mineral Ades dan produk minuman
Isotonik. Selain itu menurut data masih banyak pasar di wilayah Asia Tengah dan
Afrika yang tingkat konsumsi minuman ringan bersodanya masih rendah. Ini
merupakan Blue Ocean bagi pemasaran Coca Cola dimasa depan.
Peluang
Perusahaan :
1. Meningkatnya gaya hidup beberapa konsumen akan
softdrink.
2. Pendistribusian produk yang mudah ke berbagai daerah
karena luasnya jaringan.
3. Kerjasama dengan berbagai pihak contoh: Mc.Donal.
4. Pengembangan produk baru jenis makanan.
5. Pertumbuhan iklan di internet karena penggunaan
internet telah meningkat.
4.
Ancaman
(Threat)
Kompetitor baik tingkat domestic maupun level
International seperti Pepsi dan Cadbury
merupakan ancaman yang patut diwaspadai. Selain itu perubahan paradigma konsumen yang lebih health conscious serta meningkatnya harga gula, packaging dan material lainnya merupakan ancaman yang perlu
ditanggulangi sedini mungkin.
Ancaman
Perusahaan :
1. Banyak konsumen yang mulai meninggalkan minuman
berkarbonasi.
2. Di beberapa negara seperti India melarang penjualan Coca-Cola.
3. Invasi AS ke Irak yang mempengaruhi penjualan Coca-Cola.
4. Tingginya harga bahan mentah.
BAB VI
Analisis Implementasi Strategi
Strategi perusahaan atau organisasi
merupakan suatu wilayah kajian yang selalu menarik untuk dicermati. Begitu banyak
pendekatan yang dilakukan, mulai dari sangat kuantitatif sampai pada belajar
dari pengalaman sukses seseorang atau suatu perusahaan (best practices).
Strategi
Utama
Secara garis besar, terdapat 4
kelompok strategi utama dengan 14 tipe turunannya. Keempatbelas tipe strategi
tersebut adalah sebagai berikut
1. Integration Strategies
Tiga jenis strategi, yaitu forward,
backward, dan horizontal seringkali disebut sebagai strategi-strategi vertical integration. Namun, tidak
jarang yang memaksudkan integrasi vertikal sebagai hanya integrasi forward dan backward saja.
a. Forward Integration
Integrasi ke
hilir melibatkan upaya untuk memperoleh kepemilikan (saham perusahaan) lebih
besar atau meningkatkan kontrol terhadap para distributor dan peritel. Salah
satu bentuk/cara efektif untuk melakukan strategi ini adalah waralaba (franchising).
Begitu banyak perusahaan berminat di bidang ini sebagai upaya untuk
mendistribusikan produknya (barang maupun jasa). Salah satu alasan terbesar
hadirnya bentuk waralaba ini adalah realita bahwa model ini sebetulnya
merupakan upaya untuk membagi biaya dan peluang kepada banyak pihak. Perhatikan
gejala bermunculannya factory outlet yang merupakan salah satu bentuk
strategi ini. Dimana Coca Cola dengan perusahaan pembotolan di berbagai negara
serta keputusannya untuk membeli perusahaan fastfood. Selain itu coca
cola juga menjalin kerjasama dengan hotel, restoran dan cafe di dalam
memasarkan produknya.
b. Backward Integration
Integrasi ke
hulu merupakan suatu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau meningkatkan
kontrol terhadap perusahaan pemasok. Hal ini dibutuhkan karena baik produsen
maupun peritel selalu membeli bahan baku dari perusahaan pemasok. Strategi ini
menjadi menarik terutama ketika perusahaan pemasok yang saat ini ada ternyata
tidak dapat diandalkan (unreliable), terlalu mahal, atau tidak dapat
memenuhi kebutuhan perusahaan. Langkah ini dapat disebut sebagai upaya
“mengamankan” jalur pasokan perusahaan terhadap kebutuhan dalam rangka proses
produksinya. Seperti halya yang dilakukan coca cola company melakukan akuisisi
terhadap perusahaan aujan bottler company
di arab saudi.
c. Horizontal Integration
Strategi
integrasi ke samping merupakan strategi yang dilakukan dalam bentuk membeli
atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pesaing. Salah satu kecenderungan
paling signifikan dalam kompetisi perusahaan saat ini adalah meningkatnya upaya
untuk melakukan integrasi ke samping sebagai suatu strategi pertumbuhan.
Merjer, akusisi, dan pengambilalihan perusahaan yang sedang bersaing memberikan
peluang terjadinya skala ekonomi (economies of scale) serta mendorong
terjadinya transfer sumber daya dan kompetensi perusahaan. Merger di antara perusahaan yang tidak bergerak di
bidang yang sama merupakan suatu kesalahan. Tetapi merger yang terjadi pada
perusahaan yang sedang bersaing langsung (direct competitors) memberikan
peluang yang besar untuk menyatukan potensi agar menjadi lebih efektif,
efisien, dan kompetitif. Salah satu contoh
pelaksanaan strategi integrasi horisontal yang dilakukan adalah ketika
coca cola membeli perusahaan air minum dalam kemasan “Ades”.
2. Intensive Strategies
Kelompok strategi ini disebut
sebagai intensive strategies, karena mensyaratkan berbagai upaya yang intensif
untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada.
Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:
a. Market Penetration
Strategi
penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau
layanan yang ada saat ini di dalam pasar yang ada saat ini melalui upaya-upaya
pemasaran yang lebih besar. Strategi ini umum diterapkan baik sendiri maupun
sebagai kombinasi dengan strategi lainnya. Termasuk di dalam penetrasi pasar
adalah meningkatan jumlah tenaga penjualan, peningkatan pembelanjaan iklan,
penawaran barang-barang promosi secara ekstensif (besar-besaran), atau
peningkatan upaya-upaya publisitas. Aktivitas pemasaran dan promosi yang
intensif dari coca cola company ditunjukkan dari iklannya dalam event-event
yang berskala global seperti iklan dalam event piala dunia.
b. Market Development
Pengembangan
pasar melibatkan upaya-upaya untuk mengenalkan produk atau layanan yang ada
saat ini kepada berbagai wilayah geografis baru. Globalisasi dan iklim
perkembangan pasar internasional semakin kondusif untuk strategi ini. Hal ini
dibutuhkan karena tidak jarang persaingan yang demikian ketat pada suatu pasar
tertentu menyebabkan pengalihan perhatian kepada pasar yang baru merupakan
solusi agar perusahaan tidak tersingkir dari arena bisnisnya.
Namun
demikian, perlu dicermati bahwa pada wilayah-wilayah tertentu masuknya pemain
baru yang besar akan menimbulkan pergesaran equilibrium persaingan
bisnis yang ada. Oleh karenanya, tidak jarang para pemain besar akan mengalami
tantangan dari para pemain lokal sehingga terpaksa harus melakukan berbagai
konsesi yang dapat diterima.
c. Product Development
Pengembangan
produk yang berusaha meningkatkan penjualan melalui perbaikan atau modifikasi
produk atau layanan yang ada saat ini. Biasanya strategi pengembangan produk
tercermin pada biaya penelitan dan pengembangan (Research and Development)
yang besar. Pada industri yang berbasis R&D seperti ini, setiap
keterlambatan untuk meluncurkan sesuatu yang baru akan berarti perusahaan
tersebut berpeluang kehilangan posisi kompetitifnya. Terlihat coca cola dengan
berbagai variannya dan ragam produknya.
3. Diversification Strategies
Dari waktu ke waktu semakin sedikit
perusahaan yang melakukan diversifikasi usaha, justru karena kompleksitas
persoalan yang dimunculkan oleh strategi ini. Suatu kelompok usaha yang
bergerak pada sektor yang beragam tentunya sangatlah sulit dikelola. Pada
dekade 1960-an dan 1970-an, strategi diversifikasi menjadi populer karena
setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar tidak tergantung hanya pada
satu jenis usaha saja. Tetapi konsep pemikiran tersebut mulai surut sejak
dekade 1980-an. Pada prinsipnya kecenderungan baru tersebut dimotori oleh
keinginan untuk menjadi lebih baik dan tidak bergerak terlalu jauh dari basis
kompetensi utama (core competence) setiap perusahaan.
Namun demikian, hal tersebut bukan
berarti strategi diversifikasi sudah benar-benar hilang. Masih cukup banyak
pula perusahaan yang berhasil dengan strategi ini.
a. Concentric Diversification
Diversifikasi
terkonsentrasi merupakan suatu strategi yang menghasilkan produk atau layanan
baru tetapi berhubungan/terkait dengan yang telah ada. Contoh dari strategi ini
adalah coca cola mengeluarkan minuman coca cola teman seru.
b. Horizontal Diversification
Jika suatu
perusahaan menerapkan strategi yang menambah produk atau layanan baru yang
tidak berhubungan/terkait dengan yang telah ada, tetapi ditujukan kepada pasar/
konsumen yang telah ada disebut sebagai diversifikasi horizontal.
c. Conglomerate Diversification
Ketika suatu
perusahaan menambah suatu produk atau layanan baru yang tidak terkait/
berhubungan dengan yang sekarang ada, maka strategi tersebut disebut sebagai
diversifikasi konglomerat. Pada beberapa kasus terjadi bahwa strategi ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan melalui aktivitas memecah
perusahaan yang telah dibeli atau menjual kembali salah satu atau lebih
devisinya. Coca cola penah melakukan akuisisi perusahaan columbia picture pada
thun 1982 yang kemudian dijual pada tahun 1987.
4. Defensive Strategies
Pada prinsipnya, strategi defensif
ditujukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dari semakin ketatnya
persaingan bisnis dan berbagai ketidakpastian eksternal yang sulit (terkadang
tidak mungkin) dikontrol dan diprediksi. Strategi defensif sering pula dikenal
sebagai survival strategy, yang cenderung terjadi dalam suasana
krisis ekonomi.
a. Joint Venture
Joint
Venture, biasa disingkat JV, merupakan strategi yang sangat populer. Strategi
ini muncul ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama atau
konsorsium dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama.
Strategi ini masuk dalam kategori strategi defensif karena perusahaan yang
melakukan JV tidak berminat untuk bekerja/ mengambil resiko sendiri. Tidak
jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan kerjasama tersebut membentuk suatu
perusahaan baru dengan tujuan menjalankan kerjasama yang dimaksud. JV bisa
terjadi dalam berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem distribusi,
kesepakatan linsensi, kesepakatan produksi, juga upaya untuk mengajukan
penawaran bersama agar dapat memenangkan suatu tender.
JV dan
kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas karena kemampuannya untuk
meningkatkan komunikasi dan jaringan kerja, untuk melakukan operasi secara
global, serta untuk menurunkan resiko. Bahkan kesepakatan kerjasama antar
perusahaan yang sedang bersaing secara langsung juga terjadi. Biasanya
kesepakatan kerjasama ini merupakan jembatan untuk mensinergikan keunggulan
kempetitif di bidang masing-masing, baik itu teknologi, distribusi, riset
dasar, maupun kapasitas produksi.
Strategi ini begitu populer di
kelompok industri yang bersifat padat modal (intensive capital) dan
penuh resiko, seperti industri farmasi dan komputer.
b. Retrenchment
Strategi
penciutan dilakukan ketika organisasi mengelompok kembali melalui reduksi biaya
dan aset dalam upaya membalikkan proses penurunan penjualan dan laba
perusahaan. Strategi ini terkadang dikenal sebagai strategi turnaround atau reorganizational. Tujuan dari
strategi ini adalah untuk memperkokoh keunggulan yang membedakan (distinctive
competences) yang dimiliki perusahaan. Pada masa strategi ini dijalankan,
operasi perusahaan berjalan dengan sumber daya (terutama dana) yang terbatas
dan akan berada pada kondisi penuh tekanan dari berbagai pihak seperti pemilik
saham, pegawai, dan media.
Strategi
penciutan dapat berbentuk penjualan aset untuk memperoleh dana tunai,
pemangkasan lini produk (product line), menutup bisnis yang kurang
menguntungkan atau yang tidak termasuk core competence perusahaan,
otomasi proses, pengurangan jumlah pegawai, dan penerapan sistem kontrol
pengeluaran biaya. Pengurangan kapasitas produksi berbagai perusahaan selama
krisis moneter di Indonesia dapat diangkat sebagai contoh. Demikian pula dengan
kebijakan PHK maupun pemulangan tenaga kerja asing demi menjaga keberlangsungan
bisnis selama krisis.
Yang perlu
diperhatikan adalah keputusan untuk membangkrutkan diri bisa juga hadir sebagai
salah satu bentuk penerapan strategi penciutan ini. Oleh karenanya perlu dicermati
hubungan antar perusahaan dalam satu kelompok usaha dan kesehatan keuangan
keseluruhan kelompok usaha tersebut dalam kaitan dengan strategi pembangkrutan
diri ini.
c. Divestiture
Menjual
sebuah divisi usaha atau bagian dari organisasi perusahaan disebut sebagai
strategi divestasi. Seringkali strategi divestasi dilakukan dalam rangka
memperoleh dana segar bagi kepentingan investasi atau akuisisi strategik lebih
lanjut atau di bidang lain yang lebih prospektif. Divestasi bisa pula merupakan
bagian dari keseluruhan strategi penciutan untuk membersihkan/menyingkirkan
berbagai bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak
modal, atau bagian yang tidak sepenuhnya sesuai dengan aktivitas perusahaan.
Strategi divestasi menjadi populer ketika perusahaan berupaya untuk kembali
dalam core competence-nya serta mengurangi komleksitas diversifikasinya
agar lebih terkelola dengan baik.
d. Liquidation
Strategi
likuidasi dapat diidentifikasi ketika perusahaan melakukan penjualan seluruh
asetnya secara bagian per bagian untuk menghasilkan dana tunai. Likuidasi
biasanya dipahami sebagai pengakuan atas kekalahan dan cenderung secara
emosional sulit dijalani. Namun demikian, bisa dimengerti bahwa lebih baik
menghentikan operasi daripada mengalami kerugian yang lebih besar.
e. Combination
Strategi kombinasi adalah perpaduan antara dua atau
lebih strategi yang dijalankan secara simultan. Namun demikian, perlu
diperhatikan bahwa strategi kombinasi harus dioperasikan secara sangat
hati-hati karena jika terlalu dalam dapat membawa resiko yang lebih besar.
Tidak ada perusaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar