Senin, 30 Desember 2013

The Coca cola Company

BAB I
Sejarah dan Profil Perusahaan

            Coca-Cola merupakan minuman berkarbonasi yang diproduksi oleh sebuah perusahaan yang berasal dari Atlanta, Georgia, yaitu The Coca-Cola Company, disebut juga Coke (sebuah merk dagang The Coca-Cola Company di Amerika Serikat sejak 27 Maret 1994). Minuman ringan Coca-Cola ini diciptakan oleh Dr. John S. Pemberton, seorang ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, pada bulan Mei 1886. Dia banyak mengembangkan obat-obatan paten yang diyakini khasiatnya oleh masyarakat.
Awal mulanya, Pemberton berhasil menciptakan dan menjual minuman yang mengandung alkohol yang dikenal dengan nama French Wine Coca di kota Atlanta. Bisnis ini sangat lancar menghasilkan banyak uang dan sukses di pasaran. Namun, bisnis minuman yang memberikan banyak penghasilan itu tidak berjalan secara mulus. Sejak Atlanta mengharamkan penggunaan alkohol pada tahun 1885, Pemberton terpaksa menukar formula French Wine Coca dengan membuang kata French Wine. Sejak diharamkan, kokain tidak lagi menjadi kandungan utama minuman tersebut, melainkan diganti dengan kafein, gula, asam sitrat, dan minyak pati buah-buahan. Formula minuman tersebut masih menjadi rahasia yang tersimpan rapi. Bersama dengan rekan sejawatnya yang mengurus keuangan, Frank Robinson, Pemberton membuat minuman segar yang bisa dinikmati banyak orang. Dia meracik minuman French Wine dengan menambahkan gula, asam sitrat, dan minyak pati buah-buahan ke dalam minuman. Akhirnya, terciptalah minuman Coca-Cola yang kini populer sebagai minuman soda berkarbonat dalam masa yang singkat. Untuk bahan utamanya, Pemberton harus mencari dan mengumpulkan biji cola dari tumbuhan asli daerah tropis Afrika Barat dan daun coca yang pohonnya berasal dari Amerika Selatan. Proses pengeringan biji cola dan daun coca dilakukan secara manual. Usaha Pemberton membuat minuman segar berhasil. Ramuannya terwujud seperti yang diharapkannya. Kemudian, Robinson mengusulkan nama Coca-Cola untuk ramuan tersebut yang segera diterima oleh Pemberton. Formula Coca Cola kemudian oleh Pemberton diberi nama “Merchandise 7X” atau disingkat M7X dan sangat dirahasiakan. Dalam memasarkan produk minuman ini, Pemberton dan Robinson harus berjuang keras. Mereka menjualnya dalam guci dan dibawa berkeliling ke kota menggunakan gerobak kuda. Bahkan, mereka harus menjual secara gratis untuk mengenalkan Coca-Cola. Meskipun mendapatkan sambutan baik dari masyarakat, namun penghasilan tidak meningkat. Dalam tahun pertama, penjualan Coca-Cola laku sekitar $50. Hal tersebut tidak seimbang dengan pengeluaran yang dikeluarkannya, yaitu $70, yang berarti Pemberton mengalami kerugian. Sementara itu, Pemberton bertekad ramuannya ini harus dapat tersebar luas dan dapat dinikmati oleh semua orang di seluruh dunia. Setelah satu tahun memperjuangkan ciptaannya, Pemberton baru menyadari bahwa ia hanyalah seorang penemu. Kemudian, dia berpikir untuk menjual ramuan ini pada orang yang tepat yang dapat mengembangkannya sesuai impiannya. Dia mendatangi Asa G. Candler, seorang anak pedagang terkenal dari Atlanta, yang dikenalnya secara baik. Ia menjual hak paten pembuatan minuman Coca-Cola dengan harga $2.300. Setelah mendapatkan ramuan itu, Candler mencoba mengolah hasil temuan Pemberton. Setelah berhasil, Candler menyimpannya pada wadah yang menarik agar dapat mengundang pembeli, yaitu guci berlogo Coca-Cola. Tak hanya itu, Candler juga memasang spanduk bertuliskan “Menjual Minuman Coca-Cola” di depan toko obat dr. Joseph Pharmacy (tahun 1889). Hanya dalam hitungan jam minuman tersebut laku terjual. Pada tahun itulah, pertama kalinya Candler menjual Coca-Cola. Tahun 1892, Candler memutuskan untuk membentuk The Coca Cola Company bersama relasinya di Georgia, Atlanta. Setahun kemudian, pada tahun 1893 Candler mematenkan Coca-Cola sebagai merek dagang. Coca-Cola sesungguhnya bukan minuman ringan pertama di Amerika, tetapi ketika sudah mendapat paten Coca-Cola menjadi minuman utama yang dijual di Soda Fountain, toko minuman ringan, es krim, dan sebagainya. Dr. John S. Pemberton meninggal tahun 1888, pada usia 58 tahun, tidak lama setelah menjual ramuannya. Kini, hasil temuannya masih dinikmati oleh masyarakat di dunia. Coca Cola sekarang menjadi satu lambang budaya Amerika Serikat.
 

Desain Botol Coca-Cola dari Berbagai Tahun


The Coca-Cola Company merupakan induk dari semua perusahaan pembotolan yang memiliki merek dagang Coca-Cola di seluruh Negara di dunia dengan menyediakan bahan baku konsetratnya. Mulai tahun 1893, The Coca-Cola Company membangun pabriknya di luar Atlanta. Presiden The Coca-Cola Company (1919-1955), Robert W. Wouldruff, merupakan orang yang pertama kali mencetuskan gagasan agar minuman Coca-Cola tersebut dapat dinikmati tidak hanya oleh orang Amerika saja, tetapi juga untuk dikonsumsi oleh seluruh bangsa di dunia. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, maka pada tahun 1929 didirikan The Coca-Cola Corporation, yaitu perusahaan yang menangani proses penjualan minuman ke seluruh pelosok negeri di dunia dengan ciri, mutu, rasa dan kesegaran yang sama.






















BAB II
Visi dan Misi Perusahaan

Pengertian Visi dan Misi
Visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan - tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang. Visi itu tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang ditujunya, dikarenakan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut.
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Misi perusahaan adalah tujuan dan alasan mengapa perusahaan itu ada. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.

Visi The Coca Cola Company
Visi The Coca-Cola Company adalah sebagai kerangka kerja roadmap perusahaan dan memandu setiap aspek bisnis perusahaan dengan cara menjelaskan apa yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan.
a.       People: Membawa inspirasi dalam kehidupan masyarakat saat bekerja di Coca-Cola.
b.      Partners: Menciptakan jaringan pemasok dan pelanggan.
c.       Portofolio: Bawa portofolio kualitas ke dalam dunia.
d.      Produktivitas: Membuat Coca-Cola perusahaan yang efektif.
e.       Profit: Membuat keuntungan sementara penuh perhatian dari tanggung jawab.
f.       Planet: Menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan mendukung masyarakat yang berkelanjutan.

Misi The Coca-Cola Company
Dalam pernyataan misi dari Coca-Cola tujuannya sebagai sebuah perusahaan adalah untuk melayani dalam hal standar. Hal ini juga memperhitungkan baik tentang masing-masing dan setiap tindakan dan keputusan yang dibuat oleh Coca-Cola. Tujuan dari misi ini adalah untuk membuat refresh dunia, menginspirasi orang, membawa kebahagiaan, dan untuk membuat perbedaan dengan nilai produknya.

BAB III
Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui ancaman dan peluang. Ancaman adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu perusahaan mencapai daya saing strategis. Proses yang dilakukan secara kontinyu untuk melakukan analisis lingkungan eksternal adalah dengan melakukan pemindaian (scanning), pengawasan (monitoring), peramalan (forecasting), dan penilaian (assessing).

Analisis Lingkungan Eksternal Pada The Coca Cola Company
1.      Analisis Lingkungan Umum
Lingkungan umum adalah suatu lingkungan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya berada di luar dan terlepas dari operasi perusahaan. Lingkungan ini hanya memiliki sedikit dampak implikasi langsung bagi pengaturan suatu organisasi. Namun tetap mampu mempengaruhi kebijakan strategi dari organisasi perusahaan.
a.       Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi ini meliputi pertumbuhan ekonomi suatu negara dan hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi secara makro seperti inflasi, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya faktor ini akan berkembang dan berimbas kepada ekonomi mikro yang lebih spesifik. Melihat uraian tersebut, maka faktor ekonomi suatu negara secara global juga akan mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam menentukan arah dan langkah perusahaan.
Coca-Cola lebih dari tiga perempat dari keuntungan dan 71% pertumbuhannya diperoleh di luar Amerika Serikat. Namun, krisis global berdampak pada penurunan kinerja, penjualan dan keuntungan Coke di luar negeri. Di Brazil dan Jepang, dua dari pasar Coke terbesar luar negeri, rata-rata konsumen hampir tidak memiliki daya beli, karena rendahnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 1998. Di Rusia, di mana Coke telah menginvestasikan lebih dari $700 juta selama delapan tahun, runtuhnya perekonomian mengakibatkan kapasitas operasi Coke anjlok sebesar 50%. Krisis global sangat mempengaruhi penjualan coca-cola di Asia, Rusia dan Amerika Latin karena penurunan daya beli. Di Brazil, yang merupakan pasar terbesar ketiga, Coke telah kehilangan lebih dari sepersepuluh dari 54% pangsa pasarnya karena beralih ke minuman lokal dengan harga lebih murah.
b.      Faktor Sosial dan Politik
Perkembangan strata sosial kemasyarakatan disuatu daerah akan mempengaruhi organisasi perusahaan. Perkembangan politik negara yang secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan ekonomi merupakan faktor yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Organisasi perusahaan akan cenderung mengikuti perkembangan sosial politik yang terjadi guna antisipasi terhadap berlangsungnya stabilitas dan kebijakan di dalam organisasi perusahaan.
Faktor politik yang terjadi di Amerika dan di negara-negara lainnya berpengaruh pada perkembangan Coca-Cola. Sebagai contoh, ketika Amerika menginvasi Irak, tumbuh budaya anti Amerika di negara-negara muslim atau yang bersimpati dengan Irak. Kondisi ini mengakibatkan penjualan Coca Cola sempat terganggu.
c.       Faktor Peraturan dan Undang-undang (Faktor Hukum)
Kepastian hukum di dalam suatu negara merupakan momen yang sangat mempengaruhi pelaku pasar. Kebijakan negara yang dituangkan dalam Peraturan Perundang-Undangan secara tidak langsung akan menentukan arah strategi perusahaan. Kepastian hukum merupakan faktor yang tidak bisa ditawar dan pasti akan sangat mempengaruhi sebuah perusahaan.
Coca-Cola juga sempat terhalang oleh kebijakan pemerintah India yang melarang penjualan produk Coca-Cola di negaranya karena pada tahun 2004, petani di india melakukan protes terhadap pabrik Coke Bottling di India yang menyebabkan air sumur kering.


d.      Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga akan memberikan perubahan terhadap kebijakan perusahaan. Efisiensi pada saat melakukan produksi dan distribusi juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin berkembangannya hal ini maka secara tidak langsung akan menuntut manajemen perusahaan untuk memilih yang terbaik bagi kepentingan perusahaan.
Isu lingkungan yang sempat menyeruak di beberapa negara bahwa produk Coca-Cola menggunakan air terlalu berlebihan, karena dibutuhkan 2 liter air untuk memproduksi 1 liter Coca Cola. Mengenai issue kesehatan, pernah terjadi pemboikotan di kalangan masyarakat terkait dengan kandungan zat yang ada di minuman tersebut juga berpengaruh terhadap kinerja pemasaran Coca Cola.
e.       Faktor Demografi
Faktor tempat dan situasi alam juga tentunya tidak bisa dipisahkan. Kondisi alam dan tata letak perusahaan yang berkaitan dengan alam akan membutuhkan kebijakan yang harus sesuai guna menanggulangi ancaman yang berasal dari lingkungan dan alam
Pembeli (konsumen) dari produk Coca-Cola mencakup segala usia dari anak kecil, remaja, dan orang dewasa di seluruh dunia, sehingga dapat dikatakan produk coca-cola company relatif aman terhadap issue demografi. Beberapa negara di Amerika memiliki struktur demografi yang didominasi usia dewasa dan tua, sedangkan beberapa negara di Asia Tenggara mayoritas adalah usia anak-anak dan remaja.
2.      Analisis Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah serangkaian faktor-faktor yang merupakan ancaman dari pelaku bisnis baru, supplier, pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan di antara para pesaing yang secara langsung mempengaruhi perusahaan. Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki dampak yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan.
a.       Pendatang Baru (New Comers)
Jika hambatan untuk masuk pasar tinggi, akan sangat mudah bagi perusahaan untuk menjaga keuntungan monopoli. Hambatan utama biasanya adalah aturan legal dan paten, skala ekonomi, kebutuhan capital yang tinggi untuk masuk pasar, merek yang kuat, ancaman balas dendam, dan akses ke saluran distribusi.
Ancaman masuknya pendatang baru pada minuman Coca-Cola antara lain Mizone, Pocari Sweet, dan lain sebagainya. The Coca-Cola Company harus meyakinkan kepada pelanggan melalui brand bahwa produk Coca-Cola merupakan minuman bersoda nomor satu di dunia.
b.      Pesaing (Competitors)
Jika competitor lebih agresif dalam meningkatkan penjualan, keuntungan dan harga akan berkurang. Intensitas kompetisi yang terjadi di pasar memiliki karakteristik, yaitu kelebihan kapasitas produksi, produk dan jasa yang distandardisasi, banyaknya kompetitor, dan pertumbuhan pasar yang rendah.
Pesaing utama dari Coca-Cola adalah perusahaan PepsiCo. PepsiCo merupakan pesaing yang sangat sengit di dalam dua pertumbuhan tercepat dalam kategori industri minuman. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1965. PepsiCo memperoleh 60 persen pendapatannya dari snack division. PepsiCo di peringkat 19 di antara perusahaan yang paling dikagumi di Amerika. PepsiCo terdiri dari sekitar 168.000 karyawan dan pada tahun 2006 memiliki pendapatan lebih dari $35 billion. PepsiCo mendirikan bisnisnya di Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, the Middle East, Africa dan Asia Pasifik. Volume minuman PepsiCo naik sebesar 7 persen di timur tengah, Argentina, China dan Brazil pada tahun 2006. Meksiko dan Rusia adalah dua pasar kontribusi yang kuat untuk PepsiCo. Schweppes Cadbury adalah perusahaan penjualan gula terbesar sedunia.Mempekerjakan sekitar 60.000 asosiasi. Perusahaan ini adalah pemenang Britain’s most admired award company pada tahun 2004.
Pepsi-Cola Company yang berdiri sejak 1898, sudah melakukan ekspansi bisnis ke beberapa produk makanan. Merger dengan Frito-Lay pada 1965 menandai lahirnya nama PepsiCo, sebagai payung perusahaan. Kemudian PepsiCo mengakuisisi Tropicana pada 1998, dan 2001 melakukan merger dengan The Quaker Oats Company, termasuk Gatorade. Hingga sekarang, PepsiCo sudah mempunyai lima merek besar – yaitu Frito-Lay, Pepsi-Cola, Quaker, Gatorade, dan Tropicana. Merek-merek ini membawahi produk-produk PepsiCo yang variatif, sesuai kebutuhan dan pilihan konsumen, dari produk yang fun hingga produk ala hidup sehat. Mekanisme pemasaran produk PepsiCo dilakukan melalui empat departemennya, yaitu Frito-Lay North America, PepsiCo Beverages North America (PBNA), PepsiCo International, dan Quaker Foods North Amerika.
Pesaing tentu berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Bila disikapi secara positif, keberadaan pesaing dapat menjadi sparing partner, dan dapat dijadikan sebagai branchmark bagi perusahaan. Perusahaan akan belajar dari setiap kesalahan, dan terus berupaya untuk memperbaiki diri, agar dapat memenangkan persaingan. Dengan demikian, perusahaan akan semakin bertambah maju dan kuat.
c.       Produk Substitusi
Produk substitusi merupakan competitor tidak langsung yang dapat menurunkan permintaan dan harga. Ada beberapa tipe substitusi, yaitu produk alternatif, produk baru, eliminasi kebutuhan, substitusi generic, dan keingingan untuk tidak membeli.
Tekanan dari produk pengganti (subsitusi), seperti: Pepsi, RC Cola, 7Up dan lain-lain. Oleh karenanya strategi yang dapat diterapkan antara lain: berupa penerapan harga yang terjangkau serta kualitas produk (maintain or even better). Selain itu, inovasi produk tetap difokuskan pada produk-produk minuman berkarbonasi agar Coca-Cola tidak kehilangan identitasnya market leader produk minuman berkarbonasi.
d.      Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Buyers)
Kemmapuan pembeli dalam mengurangi harga juga memiliki efek yang sangat besar terhadap kemampuan industri secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan. Tekanan pembelian merefleksikan dua hal, yaitu sensitivitas harga dan kekuatan negosiasi konsumen. Kekuatan negosiasi konsumen akan semakin tinggi jika hanya ada sedikit konsumen, banyak supplier, sedikit diferensiasi, dan rendahnya switching cost.
Wilayah operasi dan penjualan produk The Coca-Cola Company mencakup:
·         Afrika
·         Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Pasifik
Kesuksesan pada tahun 2006 berasal dari Coca-Cola Zero pada penjualan di Australia dan Thailand.
·         Uni Eropa
Mengalami peningkatan pertumbuhan senilai 6% dari tahun 2005 ke tahun 2006. Faktor-faktor keberhasilan wilayah ini diraih dari kombinasi dari produk-produk baru, pengemasan yang inovatif, dan kolaborasi dengan para konsumen.
·         Amerika Latin
Tiga pasar terbesar Coke diantaranya ialah United States, Mexico, dan Brazil. Portofolio minuman mendapatkan poin 7% pada tahun 2006 dimana perusahaan melihat pada pengembangan garis produk. Fokus Coke di Amerika Latin ialah pada penambahan air, jus, dan minuman olahraga.
·         Amerika Utara
Perusahaan telah mencapai keberhasilan dalam pengimplementasian produk “MyCoke Rewards” yang melibatkan sekitar 3,5 juta subjek yang berpastisipasi, dimana lebih baik dari 1,5 juta penghargaan yang dinyatakan. Coke menerapkan uji pemasaran kopi/teh dimana Coke menyalurkan via teknologi “Far Coast Brand” dimana merupakan konsep toko yang pertama kali dibuka di Toronto, Kanada pada tahun 2006.
·         Asia Utara, Eurasia, dan Timur Tengah
Coke adalah penjual terbaik minuman non-alkohol di Rusia dengan 22% pertumbuhan volum kasus pada tahun 2006. Memberikan pelayanan yang prima untuk mempertahankan pelanggan serta menarik pelanggan baru merupakan salah satu cara yang harus dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan promosi dengan memberikan hadiah untuk pembelian produk tertentu (pada nilai penjualan tertentu) atau dapat dilakukan dengan mengadakan event yang menarik.
e.       Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok (Supplier)
Penyuplai dapat membatasi keuntungan pasar jika mereka dapat mengendalikan biaya input lebih cepat daripada pelanggan pasar. Kekuatan penyuplai akan lebih tinggi jika hanya ada sedikit penyuplai, memiliki produk yang unik dan merek yang kuat, biaya switching tinggi, penyuplai dapat mengancam integrasi dan banyaknya konsumen dalam skala kecil dengan kekuatan negosiasi yang lemah.
Setiap proses produksi sebuah perusahaan memerlukan sebuah input yang berupa bahan baku, atau bahkan tenaga kerja yang disalurkan oleh para suppliers. Oleh karena itu perusahaan harus selalu menjaga hubungan yang baik dengan para suppliers, salah satunya dengan cara pembayaran tepat waktu agar bahan baku dapat terpenuhi.
Salah satu cara perusahaan meminimalisasi posisi tawar supplier adalah dengan melakukan “bottling investment” pada suatu wilayah penjualan yang menunjukkan kinerja yang baik pada tahun terakhir. Sebagai contoh, Coca-Cola telah memfokuskan pada desain “road to market” dan optimisasi pada infrastruktur operasi bottling di India.
Menurut Porter, jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang ketat perusahaan harus memilih prinsip bisnis, harga yang tinggi atau produk dengan biaya yang rendah, dan bukan kedua-duanya. Berdasarkan prinsip tersebut, maka Porter menyatakan ada tiga Strategi Generik, yaitu Differentiation, Overall Cost Leadership dan Fokus. Menurut Porter, strategi perusahaan untuk bersaing dalam suatu industri dapat berbeda-beda dan dalam berbagai dimensi, Porter mengemukakan tiga belas dimensi yang biasanya digunakan oleh perusahaan dalam bersaing, yaitu spesialisasi, identifikasi merek, dorongan vs tarikan, seleksi saluran, mutu produk, kepeloporan teknologis, integrasi vertikal, posisi biaya, layanan, kebijakan harga, leverage, hubungan dengan perusahaan induk, hubungan dengan pemerintah.
3.      Analisis Lingkungan Operasional
Lingkungan operasional meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi situasi persaingan perusahaan, yaitu posisi bersaing, profil pelanggan, pemasok, kreditor, dan pasar tenaga kerja.
a.       Peningkatan biaya per unit akibat keterbatasan bahan baku. Air merupakan bahan utama dalam industri minuman ringan. Keterbatasan air di beberapa bagian dunia menyebabkan system pemurnian air harus dilakukan sehingga menyebabkan biaya produksi yang dibebankan akan lebih tinggi.
b.      Bahan pendukung utama Coca-cola mudah diganti dengan bahan lain yang mudah didapat. Bahan utama Coca-Cola adalah sirup jagung berkadar fruktosa tinggi, sejenis gula, untuk di Amerika Serikat dapat dipasok oleh sebagian besar sumber domistik. Untuk di luar Amerika Serikat dapat diganti sukrosa. Bahan lain adalah aspartam, bahan pemanis yang digunakan dalam produk minuman ringan rendah kalori diperoleh dari The Nutra Sweet Company.

EXTERNAL FACTOR EVALUATION
Faktor Kunci Sukses
Bobot
Skala
Nilai
Opportunity (Peluang)



1
Semakin meningkatnya pendapatan disposabel, penjualan akan meningkat.
0,15
4
0,6
2
Konsumsi minuman ringan berbanding terbalik dengan usia seseorang.
0,1
3
0,3
4
Industri minuman ringan memiliki potensi yang amat besar untuk dikembangkan.
0,125
3
0,375
5
Minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat.
0,15
4
0,6
6
Bahan pendukung utama Coca Cola mudah diganti dengan bahan lain yang mudah didapat.
0,15
3
0,45
Threat (Ancaman)



1
Coca Cola dapat pesaing yang kuat yaitu Pepsi dan Cadburry.
0,15
4
0,6
2
Ada banyak minuman substitusi dari minuman ringan yang populer.
0,075
3
0,225
3
Peningkatan biaya per unit akibat keterbatasan bahan baku.
0,1
3
0,3
Jumlah
1

3,45

Berdasarkan analisis tabel EFE diketahui bahwa perusahaan dinilai baik secara eksternal, karena lebih banyak peluang yang dimiliki dibandingkan dengan ancaman yang ada.
























BAB IV
Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam perusahaan atau organisasi tersebut dan secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan atau organisasi. 
1.      Sumber daya
Tiga sumber daya dasar, yaitu: aset yang terlihat, aset tak terlihat, dan kapabilitas organisasi. Karakteristik sumber daya yang berharga: menambah nilai (value), langka (rare), sukar ditiru (hard to imitate), dan kemampuan dalam memanfaatkan (ability to exploit).
2.      Kapabilitas
Kapabilitas dapat diartikan sebagai kapasitas perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kapabilitas ‘memampukan’ perusahaan untuk menciptakan dan mengeksploitasi peluang-peluang eksternal serta mengembangkan keunggulan yang berdaya tahan. Kapabilitas inti dapat didefinisikan juga sebagai faktor penentu keberhasilan jangka panjang, atau sebagai rantai nilai, termasuk primer dan mendukung kegiatan yang menciptakan nilai pelanggan.
3.      Kompetensi Inti
Kompetensi inti adalah suatu kumpulan yang terintegrasi dari serangkaian keahlian dan teknologi yang merupakan akumulasi pembelajaran, yang memberikan manfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis (Prahalad dan Hamel, 1990). Markides dan Williamson (1994) mendefinisikan kompetensi inti sebagai kolam pengalaman (pool of experience), pengetahuan, dan sistem yang dapat bertindak bersama-sama sebagai katalis untuk menciptakan dan mengumpulkan aset strategis baru. Sementara itu, Teece et al. (1997) menyimpulkan bahwa kompetensi inti harus berasal dari memeriksa produk dan jasa berbagai perusahaan (dan pesaingnya). Nilai kompetensi inti dapat ditingkatkan dengan menggabungkan produk dan jasa dengan aset komplementer yang sesuai. Pada bagian lain, Shieh dan Wang (2007) berpendapat bahwa kompetensi inti merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan lebih berhasil dari para pesaingnya dan yang dibutuhkan oleh pasar. Secara khusus, kompetensi dari suatu perusahaan adalah kombinasi sumber daya yang unggul dalam persaingan di seluruh strategi korporasi.


INTERNAL FACTOR EVALUATION (IFE)
Faktor Kunci Sukses
Bobot
Skala
Nilai
Strenght (Kekuatan)



1
Brand image yang sudah dikenal masyarakat luas.
0,15
4
0,6
2
Ramuan rahasia yang tidak dimiliki produk lain.
0,125
4
0,5
3
Memiliki sumberdaya yang besar dan terlatih.
0,055
3
0,165
4
Pelayanan terhadap konsumen dan pelanggan.
0,035
2
0,07
5
Memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
0,025
3
0,075
6
Perkembangan inovasi secara terus-menerus.
0,125
3
0,375
7
Strategi pemasaran yang baik.
0,045
4
0,18
8
Sistem informasi yang memadai.
0,055
3
0,165
9
Kemasan produk yang menarik dan harga yang kompetitif.
0,025
3
0,075
Weakness (Kelemahan)



1
The Coca Cola Company tidak memiliki produk organik.
0,125
4
0,5
2
Sebagian perusahaan beverage lainnya mempunyai kontrak ekslusif seperti dengan Pepsi Company.
0,035
3
0,105
3
Soft drink tidak baik bagi kesehatan.
0,12
4
0,48
4
Ketersediaan bahan baku.
0,025
3
0,075
5
Kebijakan pemerintah.
0,055
3
0,165
Jumlah
1

3,53

Berdasarkan analisis tabel IFE diketahui bahwa perusahaan dinilai baik secara internal karena mempunyai lebih banyak keunggulan dibandingkan kelemahannya.



BAB V
Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strenght, Weakness, Opportunity, Threat (Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman). Analisis SWOT adalah teknik yang banyak digunakan dalam berbagai manajemen umum dan skenario pemasaran. SWOT dilakukan dengan menganalisa kegiatan organisasi dimulai dari kekuatan dan kelemahan dan kemudian menggunakan ini dan data penelitian eksternal untuk menetapkan peluang dan ancaman yang ada.
1.      Kekuatan (Strength)
Kekuatan (Strength) yang dimiliki oleh Coca-Cola Company meliputi Brand Image dan Brand  Loyality yang sudah melekat kuat di masyarakat dan terbukti hingga saat ini masih
menjadi pemimpin di pasar atau market leader. Formula rahasia produknya juga tidak mudah ditiru oleh para pesaing yang menjadikan produk ini tetap memiliki
keunikan tersendiri. Selain itu sistem distribusinya yang telah merambah hampir keseluruh dunia tidak akan mudah untuk dikejar oleh competitor. Produk-produk baru yang terus menerus diluncurkan serta promosi yang gencar semakin memperkokoh posisi The Coca Cola Company pada pasar minuman ringan, antara lain:
  1. Menguasai pangsa pasar dunia.
  2. Beroperasi hingga lebih dari 200 negara.
  3. Memproduksi 400 merk yang terdiri lebih dari 2600 produk minuman.
  4. Bermarkas di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
  5. Perusahaan minuman terbesar sedunia.
  6. Sebagai inovator dalam industri soft drink.
  7. Melakukan bottling investment dengan beberapa investee.
  8. Mempunyai struktur organisasi yang sangat baik.
  9. Memiliki kepopuleran merk yang tinggi dan dikenal oleh masyarakat sedunia.
  10. Memiliki divisi di beberapa Negara.
2.      Kelemahan (Weakness)
Kelemahan untuk setiap bisnis harus baik diminimalkan dan dipantau agar dapat secara efektif mencapai produktivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha mereka. Isu kesehatan mungkin salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh  produk Coca-Cola. Masalah kandungan kalori berlebih yang diantisipasi dengan cara meluncurkan produk sugar free ternyata juga masih mendapat hambatan dari adanya isu kesehatan mengenai pemanis buatan yang digunakan sebagai pengganti. Selain itu produk ini juga belum mulai beralih ke produk ramah lingkungan, sementara mulai banyak minuman ringan yang memakai isu keseahatan dan lingkungan dalam kampanye produk mereka. 
3.      Peluang (Opportunity)
Pertumbuhan sebesar 7,5% yang terjadi pada pasar minuman ringan non  soda dan 8,5% pada air mineral kemasan merupakan peluang yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh Coca-Cola. Hal ini sudah dilakukan dengan produknya yaitu Air mineral Ades dan produk minuman Isotonik. Selain itu menurut data masih banyak pasar di wilayah Asia Tengah dan Afrika yang tingkat konsumsi minuman ringan bersodanya masih rendah. Ini merupakan Blue Ocean bagi pemasaran Coca Cola dimasa depan.
Peluang Perusahaan :
1.    Meningkatnya gaya hidup beberapa konsumen akan softdrink.
2.    Pendistribusian produk yang mudah ke berbagai daerah karena luasnya jaringan.
3.    Kerjasama dengan berbagai pihak contoh:  Mc.Donal.
4.    Pengembangan produk baru jenis makanan.
5.    Pertumbuhan iklan di internet karena penggunaan internet telah meningkat.
4.      Ancaman (Threat)
Kompetitor baik tingkat domestic maupun level International seperti Pepsi dan  Cadbury merupakan ancaman yang patut diwaspadai. Selain itu perubahan paradigma  konsumen yang lebih health conscious serta meningkatnya harga gula, packaging dan  material lainnya merupakan ancaman yang perlu ditanggulangi sedini mungkin.
Ancaman Perusahaan :
1.    Banyak konsumen yang mulai meninggalkan minuman berkarbonasi.
2.    Di beberapa negara seperti India melarang penjualan Coca-Cola.
3.    Invasi AS ke Irak yang mempengaruhi penjualan Coca-Cola.
4.    Tingginya harga bahan mentah.






























BAB VI
Analisis Implementasi Strategi

Strategi perusahaan atau organisasi merupakan suatu wilayah kajian yang selalu menarik untuk dicermati. Begitu banyak pendekatan yang dilakukan, mulai dari sangat kuantitatif sampai pada belajar dari pengalaman sukses seseorang atau suatu perusahaan (best practices).
Strategi Utama
Secara garis besar, terdapat 4 kelompok strategi utama dengan 14 tipe turunannya. Keempatbelas tipe strategi tersebut adalah sebagai berikut
1. Integration Strategies
Tiga jenis strategi, yaitu forward, backward, dan horizontal seringkali disebut sebagai strategi-strategi vertical integration. Namun, tidak jarang yang memaksudkan integrasi vertikal sebagai hanya integrasi forward dan backward saja.
a. Forward Integration
Integrasi ke hilir melibatkan upaya untuk memperoleh kepemilikan (saham perusahaan) lebih besar atau meningkatkan kontrol terhadap para distributor dan peritel. Salah satu bentuk/cara efektif untuk melakukan strategi ini adalah waralaba (franchising). Begitu banyak perusahaan berminat di bidang ini sebagai upaya untuk mendistribusikan produknya (barang maupun jasa). Salah satu alasan terbesar hadirnya bentuk waralaba ini adalah realita bahwa model ini sebetulnya merupakan upaya untuk membagi biaya dan peluang kepada banyak pihak. Perhatikan gejala bermunculannya factory outlet yang merupakan salah satu bentuk strategi ini. Dimana Coca Cola dengan perusahaan pembotolan di berbagai negara serta keputusannya untuk membeli perusahaan fastfood. Selain itu coca cola juga menjalin kerjasama dengan hotel, restoran dan cafe di dalam memasarkan produknya.

b. Backward Integration
Integrasi ke hulu merupakan suatu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Hal ini dibutuhkan karena baik produsen maupun peritel selalu membeli bahan baku dari perusahaan pemasok. Strategi ini menjadi menarik terutama ketika perusahaan pemasok yang saat ini ada ternyata tidak dapat diandalkan (unreliable), terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Langkah ini dapat disebut sebagai upaya “mengamankan” jalur pasokan perusahaan terhadap kebutuhan dalam rangka proses produksinya. Seperti halya yang dilakukan coca cola company melakukan akuisisi terhadap perusahaan aujan bottler company di  arab saudi.
c. Horizontal Integration
Strategi integrasi ke samping merupakan strategi yang dilakukan dalam bentuk membeli atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pesaing. Salah satu kecenderungan paling signifikan dalam kompetisi perusahaan saat ini adalah meningkatnya upaya untuk melakukan integrasi ke samping sebagai suatu strategi pertumbuhan. Merjer, akusisi, dan pengambilalihan perusahaan yang sedang bersaing memberikan peluang terjadinya skala ekonomi (economies of scale) serta mendorong terjadinya transfer sumber daya dan kompetensi perusahaan. Merger  di antara perusahaan yang tidak bergerak di bidang yang sama merupakan suatu kesalahan. Tetapi merger yang terjadi pada perusahaan yang sedang bersaing langsung (direct competitors) memberikan peluang yang besar untuk menyatukan potensi agar menjadi lebih efektif, efisien, dan kompetitif. Salah satu contoh  pelaksanaan strategi integrasi horisontal yang dilakukan adalah ketika coca cola membeli perusahaan air minum dalam kemasan “Ades”.
2. Intensive Strategies
Kelompok strategi ini disebut sebagai intensive strategies, karena mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:

a. Market Penetration
Strategi penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau layanan yang ada saat ini di dalam pasar yang ada saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini umum diterapkan baik sendiri maupun sebagai kombinasi dengan strategi lainnya. Termasuk di dalam penetrasi pasar adalah meningkatan jumlah tenaga penjualan, peningkatan pembelanjaan iklan, penawaran barang-barang promosi secara ekstensif (besar-besaran), atau peningkatan upaya-upaya publisitas. Aktivitas pemasaran dan promosi yang intensif dari coca cola company ditunjukkan dari iklannya dalam event-event yang berskala global seperti iklan dalam event piala dunia.
b. Market Development
Pengembangan pasar melibatkan upaya-upaya untuk mengenalkan produk atau layanan yang ada saat ini kepada berbagai wilayah geografis baru. Globalisasi dan iklim perkembangan pasar internasional semakin kondusif untuk strategi ini. Hal ini dibutuhkan karena tidak jarang persaingan yang demikian ketat pada suatu pasar tertentu menyebabkan pengalihan perhatian kepada pasar yang baru merupakan solusi agar perusahaan tidak tersingkir dari arena bisnisnya.
Namun demikian, perlu dicermati bahwa pada wilayah-wilayah tertentu masuknya pemain baru yang besar akan menimbulkan pergesaran equilibrium persaingan bisnis yang ada. Oleh karenanya, tidak jarang para pemain besar akan mengalami tantangan dari para pemain lokal sehingga terpaksa harus melakukan berbagai konsesi yang dapat diterima.
c. Product Development
Pengembangan produk yang berusaha meningkatkan penjualan melalui perbaikan atau modifikasi produk atau layanan yang ada saat ini. Biasanya strategi pengembangan produk tercermin pada biaya penelitan dan pengembangan (Research and Development) yang besar. Pada industri yang berbasis R&D seperti ini, setiap keterlambatan untuk meluncurkan sesuatu yang baru akan berarti perusahaan tersebut berpeluang kehilangan posisi kompetitifnya. Terlihat coca cola dengan berbagai variannya dan ragam produknya.
3. Diversification Strategies
Dari waktu ke waktu semakin sedikit perusahaan yang melakukan diversifikasi usaha, justru karena kompleksitas persoalan yang dimunculkan oleh strategi ini. Suatu kelompok usaha yang bergerak pada sektor yang beragam tentunya sangatlah sulit dikelola. Pada dekade 1960-an dan 1970-an, strategi diversifikasi menjadi populer karena setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar tidak tergantung hanya pada satu jenis usaha saja. Tetapi konsep pemikiran tersebut mulai surut sejak dekade 1980-an. Pada prinsipnya kecenderungan baru tersebut dimotori oleh keinginan untuk menjadi lebih baik dan tidak bergerak terlalu jauh dari basis kompetensi utama (core competence) setiap perusahaan.
Namun demikian, hal tersebut bukan berarti strategi diversifikasi sudah benar-benar hilang. Masih cukup banyak pula perusahaan yang berhasil dengan strategi ini.
a. Concentric Diversification
Diversifikasi terkonsentrasi merupakan suatu strategi yang menghasilkan produk atau layanan baru tetapi berhubungan/terkait dengan yang telah ada. Contoh dari strategi ini adalah coca cola mengeluarkan minuman coca cola teman seru.
b. Horizontal Diversification
Jika suatu perusahaan menerapkan strategi yang menambah produk atau layanan baru yang tidak berhubungan/terkait dengan yang telah ada, tetapi ditujukan kepada pasar/ konsumen yang telah ada disebut sebagai diversifikasi horizontal.
c. Conglomerate Diversification
Ketika suatu perusahaan menambah suatu produk atau layanan baru yang tidak terkait/ berhubungan dengan yang sekarang ada, maka strategi tersebut disebut sebagai diversifikasi konglomerat. Pada beberapa kasus terjadi bahwa strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan melalui aktivitas memecah perusahaan yang telah dibeli atau menjual kembali salah satu atau lebih devisinya. Coca cola penah melakukan akuisisi perusahaan columbia picture pada thun 1982 yang kemudian dijual pada tahun 1987.
4. Defensive Strategies
Pada prinsipnya, strategi defensif ditujukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dari semakin ketatnya persaingan bisnis dan berbagai ketidakpastian eksternal yang sulit (terkadang tidak mungkin) dikontrol dan diprediksi. Strategi defensif sering pula dikenal sebagai survival strategy, yang cenderung terjadi dalam suasana krisis ekonomi.
a. Joint Venture
Joint Venture, biasa disingkat JV, merupakan strategi yang sangat populer. Strategi ini muncul ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama atau konsorsium dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama. Strategi ini masuk dalam kategori strategi defensif karena perusahaan yang melakukan JV tidak berminat untuk bekerja/ mengambil resiko sendiri. Tidak jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan kerjasama tersebut membentuk suatu perusahaan baru dengan tujuan menjalankan kerjasama yang dimaksud. JV bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem distribusi, kesepakatan linsensi, kesepakatan produksi, juga upaya untuk mengajukan penawaran bersama agar dapat memenangkan suatu tender.
JV dan kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas karena kemampuannya untuk meningkatkan komunikasi dan jaringan kerja, untuk melakukan operasi secara global, serta untuk menurunkan resiko. Bahkan kesepakatan kerjasama antar perusahaan yang sedang bersaing secara langsung juga terjadi. Biasanya kesepakatan kerjasama ini merupakan jembatan untuk mensinergikan keunggulan kempetitif di bidang masing-masing, baik itu teknologi, distribusi, riset dasar, maupun kapasitas produksi.
Strategi ini begitu populer di kelompok industri yang bersifat padat modal (intensive capital) dan penuh resiko, seperti industri farmasi dan komputer.
b. Retrenchment
Strategi penciutan dilakukan ketika organisasi mengelompok kembali melalui reduksi biaya dan aset dalam upaya membalikkan proses penurunan penjualan dan laba perusahaan. Strategi ini terkadang dikenal sebagai strategi turnaround atau reorganizational. Tujuan dari strategi ini adalah untuk memperkokoh keunggulan yang membedakan (distinctive competences) yang dimiliki perusahaan. Pada masa strategi ini dijalankan, operasi perusahaan berjalan dengan sumber daya (terutama dana) yang terbatas dan akan berada pada kondisi penuh tekanan dari berbagai pihak seperti pemilik saham, pegawai, dan media.
Strategi penciutan dapat berbentuk penjualan aset untuk memperoleh dana tunai, pemangkasan lini produk (product line), menutup bisnis yang kurang menguntungkan atau yang tidak termasuk core competence perusahaan, otomasi proses, pengurangan jumlah pegawai, dan penerapan sistem kontrol pengeluaran biaya. Pengurangan kapasitas produksi berbagai perusahaan selama krisis moneter di Indonesia dapat diangkat sebagai contoh. Demikian pula dengan kebijakan PHK maupun pemulangan tenaga kerja asing demi menjaga keberlangsungan bisnis selama krisis.
Yang perlu diperhatikan adalah keputusan untuk membangkrutkan diri bisa juga hadir sebagai salah satu bentuk penerapan strategi penciutan ini. Oleh karenanya perlu dicermati hubungan antar perusahaan dalam satu kelompok usaha dan kesehatan keuangan keseluruhan kelompok usaha tersebut dalam kaitan dengan strategi pembangkrutan diri ini.
c. Divestiture
Menjual sebuah divisi usaha atau bagian dari organisasi perusahaan disebut sebagai strategi divestasi. Seringkali strategi divestasi dilakukan dalam rangka memperoleh dana segar bagi kepentingan investasi atau akuisisi strategik lebih lanjut atau di bidang lain yang lebih prospektif. Divestasi bisa pula merupakan bagian dari keseluruhan strategi penciutan untuk membersihkan/menyingkirkan berbagai bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak modal, atau bagian yang tidak sepenuhnya sesuai dengan aktivitas perusahaan. Strategi divestasi menjadi populer ketika perusahaan berupaya untuk kembali dalam core competence-nya serta mengurangi komleksitas diversifikasinya agar lebih terkelola dengan baik.


d. Liquidation
Strategi likuidasi dapat diidentifikasi ketika perusahaan melakukan penjualan seluruh asetnya secara bagian per bagian untuk menghasilkan dana tunai. Likuidasi biasanya dipahami sebagai pengakuan atas kekalahan dan cenderung secara emosional sulit dijalani. Namun demikian, bisa dimengerti bahwa lebih baik menghentikan operasi daripada mengalami kerugian yang lebih besar.
e. Combination
Strategi kombinasi adalah perpaduan antara dua atau lebih strategi yang dijalankan secara simultan. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa strategi kombinasi harus dioperasikan secara sangat hati-hati karena jika terlalu dalam dapat membawa resiko yang lebih besar. Tidak ada perusaha

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar